Selasa, 25 Juni 2019

#HadiriHalalBihalalAkbar212 Viral Di Tengah Aksi Kawal MK


GELORA.CO - Persaudaraan Alumni (PA) 212, Gerakan Kedaulatan Rakyat (GKR) Kawal Mahkamah Konstitusi (MK), Front Pembela Islam (FPI), Ikatan Keluarga Besar Universitas Indonesia (IKB UI), Fraksi Emak-Emak dan elemen masyarakat lainnya menggelar aksi damai di kawasan Patung Kuda, Jakarta, Rabu (26/6).

Aksi yang diikuti ribuan pengunjuk rasa ini guna mengawal sengketa Pilpres 2019 di Mahkamah Konstitusi (MK) agar diputuskan seadil-adilnya dan sesuai dengan harapan rakyat Indonesia.

Unjuk rasa dengan mengangkat tema "Aksi Kawal MK" ini juga sebagai ajang Halal Bihalal pasca Idul Fitri 2019 khususnya bagi alumi 212. Makanya tidak heran, di media sosial viral tanda pagar (tagar) #HadiriHalalBihalalAkbar212.

Rencananya, aksi serupa juga akan berlangsung besok sesuai dengan agenda MK membacakan putusan sengketa pilpres. [rmol]

Salut, Massa Aksi Dan Polisi Harmonis Saat Kawal MK


GELORA.CO - Aksi massa kawal putusan Mahkamah Konstitusi (MK) sengketa Pilpres yang digelar di area Patung Arjuna Wiwaha atau Patung Kuda berwarna.

Meski disesaki massa yang membawa beragam spanduk dan atribut lain, namun aksi damai ini juga diwarnai dengan harmonisnya massa dengan aparat keamanan yang berjaga.

Hal itu terlihat pada sebuah video yang direkam oleh Ustaz Edy Mulyadi saat berlangsungnya aksi, Rabu (26/6). dalam video berdurasi kurang lebih 28 detik, Edy memperlihatkan kedekatan massa dan aparat kepolisian yang berjaga tetap terjalin baik.

Berdasarkan video tersebut, diketahui bahwa salah seorang anggota Kepolisian tersebut berasal dari Provinsi Riau.

"Assalamualaikum. Saya Chairi dari Polda Riau bergabung di Metro Jaya bersama-sama masyarakat untuk mendukung Indonesia damai, Indonesai satu jiwa, satu bangsa," tutur Chairi dalam video tersebut.

Tak lupa, Ustaz Edy juga menegaskan bahwa aksi kawal MK ini akan berlangsung aman dan damai.

"Tanpa kerusuhan, tanpa korban, kita dukung kebenaran dan keadilan, Allahuakbar," tutupnya. [rmol]

Beragam Spanduk Hingga Masker Bersilang Warnai Aksi Kawal MK Di Patung Kuda


GELORA.CO - Sejumlah massa yang hendak menggelar aksi damai di area Patung Arjuna Wiwaha atau biasa dikenal sebagai Patung Kuda, Jakarta Pusat sudah mulai memadati lokasi, Rabu (26/6).

Sebagian besar, massa yang berkumpul ini turut membawa beragam atribut. Mulai dari spanduk berbagai ukuran lengkap dengan tulisan, hingga kain kuning yang mayoritas dipakai oleh kaum ibu-ibu.

"Presiden hasil proses pemilu yang curang tidak akan efektif dalam memerintah karena tidak mendapatkan legitimasi rakyat," demikian tulisan dalam spanduk berukuran besar yang dibawa massa.

Dari kerumunan massa, tampak salah seorang mengomandoi aksi dengan menggunakan pengeras suara. Tak sedikit pula ibu-ibu yang melengkapi aksi tersebut dengan masker bercorak tanda silang.

Adapun aksi ini digelar oleh sejumlah organisasi masyarakat, mulai dari PA 212, Gerakan Kedaulatan Rakyat (GKR) hingga beberapa ormas lain.

Aksi ini sendiri dilakukan guna merespon sidang Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) Pilpres 2019 yang diajukan oleh tim hukum Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi.

Meski capres Prabowo Subianto sempat mengimbau untuk tak menggelar aksi di MK, namun massa tetap berkumpul di Patung Kuda.

Dikonfirmasi, Mantan penasihat KPK, Abdullah Hehamahua yang turun mengoordinir aksi Gerakan Kedaulatan Rakyat (GKR) kawal Mahkamah Konstitusi (MK) menjelaskan bahwa aksi ini tak ada kaitannya dengan Prabowo-Sandi.

"Saya kan bukan anak buah Prabowo Sandi, saya juga tidak kenal Prabowo Sandi. Jadi tidak ada urusan dengan Prabowo Sandi, tidak ada urusan dengan Jokowi Maruf Amin," tegas Abdullah. [rmol]

Kawal Putusan MK, Ratusan Pengunjuk Rasa Sudah Berkumpul Di Patung Kuda


GELORA.CO - Ratusan pengunjuk rasa pengawal keputusan sengketa Pilpres 2019 di Mahkamah Konstitusi (MK) telah berkumpul di dekat Patung Kuda, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Rabu pagi (26/6).

Pantauan Kantor Berita RMOL sekitar pukul 09.30 WIB, peserta aksi yang kebanyakan menggunakan pakaian muslim telah berkumpul di depan kantor Kementerian Pariwisata.

Massa tidak bisa mendekati gedung MK lantaran telah dihalau anggota kepolisian. Mereka hanya bisa berkumpul dengan jarak sekitar satu kilometer dari gedung MK.

Arus kendaraan dari Patung Kuda menuju gedung MK telah ditutup sejak tadi malam. Sedangkan, arah sebaliknya dari Harmoni menuju MH Thamrin masih dibuka.

Selain itu, pagar kawat maupun pembatas beton telah terpasang sekitar jarak 400 meter dari gedung MK. Terlihat dua lapisan pagar kawat untuk menghalau massa mendekati ke gedung MK.

Tidak hanya itu, dua mobil barracuda dan mobil watercanon juga telah siaga di belakang pagar kawat. Anggota kepolisian dari Satuan Shabara dan Brimob juga telah siaga di balik pagar kawat.

Hingga kini, massa masih terus berdatangan untuk mengikuti aksi dalam rangka halal bihalal sekaligus mengawal keputusan sengketa pilpres di MK yang dimotori Persaudaraan Alumni 212 (PA 212).

Jurubicara PA 212, Novel Bamukmin sebelumnya mengatakan, ratusan ribu massa dari daerah Jabodetabek, Jawa Barat dan Banten akan mengikuti aksi pada hari ini dan besok.  [rmol]

Abdullah Hehamahua: Saya Tak Ada Urusan Dengan Prabowo, Jadi Tak Usah Khawatir


GELORA.CO - Mantan penasehat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Abdullah Hehamahua kembali  turun ke jalan mengoordinir aksi massa Gerakan Kedaulatan Rakyat (GKR) kawal Mahkamah Konstitusi (MK) di kawasan Patung Kuda, Jakarta Pusat, Rabu (26/6). 

Padahal sudah ada imbauan capres Prabowo Subianto agar tidak ada aksi massa jelang maupun saat majelis hakim MK membacakan putusan sengketa hasil Pilpres 2019. Abdullah merasa tidak punya kaitan dengan kubu 02. 

"Saya kan bukan anak buah Prabowo Sandi, saya juga tidak kenal Prabowo Sandi. Jadi tidak ada urusan dengan Prabowo Sandi, tidak ada urusan dengan Jokowi Maruf Amin," tegas Abdullah saat dihubungi Kantor Berita RMOL, sesaat lalu. 

Abdullah menjelaskan, kedatangannya semata-mata memberi dukungan kepada hakim MK agar objektif, jujur, profesional dan berani mengambil keputusan sesuai tupoksi serta UU MK. 

"Anda tahu siapa saya? 12 tahun jadi pejabat negara, kerja saya memeriksa pejabat negara, membantu menangkap koruptor, jadi saya tahu negara ini, negara bisa hancur kalau tidak ada yang bisa menyelamatkan karena itu saya datang," tuturnya. 

"Umur saya 17 tahun sekarang, tinggal 1-2 hari atau 1-2 pekan saya meninggal. Saya tidak ingin negara ini hancur, berantakan," imbuh tokoh Himpunan Mahasiswa Islam ini menekankan. 

Ia bisa saja membiarkan proses sidang gugatan Pilpres berlangsung seandainya KPK tidak pernah menangkap ketua maupun anggota MK. Tapi fakta tidak demikian. 

"KPK pernah tangkap ketua MK, anggota MK dan itu berkaitan dengan Pilkada," terangnya. 

Abdullah meminta hakim MK tidak usah takut diintimidasi, diancam dan dibunuh sekalipun. Meninggal dalam menegakkan kebenaran itu syahid. "Jadi tidak usah khawatir," ucapnya. 

Seperti warga negara Indonesia yang lainnya, Abdulah kembali menegaskan bahwa dirinya juga punya hak untuk menyampaikan pendapat di depan umum. 

"Saya sudah lakukan tanggal 14 (Juni) sampai hari ini, kalau misalnya Prabowo-Sandi atau Jokowi menghalang-halangi maka InsyaAllah 2024 tidak akan mendukung mereka. Rakyat akan hilang kepercayaan kepada partai, hilang kepercayaan kepada elit politik dan itu berbahaya," jelasnya. [rmol]

Ekosistem Tak Seimbang Disebut Penyebab Populasi Ulat Bulu Meledak


GELORA.CO - Populasi ulat bulu 'meledak' di Pasuruan. Sedikitnya tiga desa diserang hama ini. Ulat menyerbu pohon, rumah, sekolah hingga rumah ibadah.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Pasuruan, M Ichwan, menyebut ulat bulu yang menyerang Desa Capang, Gajahrejo dan Palanngsari di Kecamatan Purwodadi, dalam kategori tak wajar.

"Pernah dulu kejadian di wilayah Timur, kalau nggak salah di Lekok, namun tak berlangsung lama dan jumlahnya wajar," kata Ichwan saat dikonfirmasi, Rabu (26/6/2019).

Ichwan mengatakan, selain terjadi karena pergantian musim, ulat bulu muncul dalam jumlah besar akibat ketidakseimbangan ekosistem. "Jadi mereka migrasi dari habitatnya yang tak layak ke tempat lebih nyaman," terangnya.

Staf Bidang Perkebunan Dinas Pertanian Kabupaten Pasuruan, Rudi Hartono menambahkan jumlah ulat bulu yang sangat banyak karena pemangsa alami mereka hilang atau jauh berkurang. Pemangsa alami itu di antaranya burung dan rangrang.

"Kejadian ini juga menunjukkan pemangsa alami sudah hilang. Di sekitar sini sudah jarang dijumpai burung, karena mungkin diburu atau berpindah tempat. Semut rangrang juga seharusnya jadi predator ulat," terangnya.

Hal senada diungkap Misbahul Khoir, staf di Bagian Pengendali Hama. "Populasi ulat bulu meledak karena faktor cuaca dan bahan pangan yang melimpah di sini. Ulat bulu yang ada di desa ini termasuk serangga netral. Tapi karena jumlahnya banyak, menganggu warga. Jadi harus dimusnahkan," kata Misbahul Khoir.

Dinas Pertanian dibantu warga dan aparat desa sejak tiga hari sudah melakukan penyemprotan untuk memusnahkan ulat bulu. Hari ini juga akan dilakukan pembasmian. Pembasmian akan dilakukan sampai tuntas.

Ulat bulu menyerbu pemukiman warga di Dusun Semambung, Desa Capang, Kecamatan Purwodadi, sejak hari raya Idul Fitri lalu. Selain di Desa Capang, ulat bulu juga ada di Desa Gajahrejo dan Palangsari, namun jumlahnya tak signifikan.

Selain menempel di pohon, ulat juga berada di pagar, tembok, genting bahkan masuk ke rumah. Ulat juga menyerbu salah satu sekolah dan tempat ibadah.[dtk]

Lelahnya Wali Kota Risma Hingga Harus Menginap di ICU


GELORA.CO - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini sedianya hendak berangkat ke Jakarta untuk presentasi di Indonesia Acrative Next Index. Namun agenda itu batal dan harus ditunda karena Risma justru masuk rumah sakit . 

Risma harus dirawat karena kelelahan. Risma mendapat perawatan di RSUD dr Soewandhi Surabaya sejak Selasa (25/6) pagi. Kabag Humas Pemkot Surabaya M Fikser mengatakan belum tahu pasti penyakit yang diderita Risma.

Fikser hanya mengatakan Risma sempat batuk lendir (dahak) dan mungkin masih terkait dengan kakinya yang masih belum pulih benar. Di rumah sakit milih Pemkot Surabaya itu, Risma menjalani perawatan termasuk mendapat infus. 

"Ya ini habis satu infus," kata Fikser saat dikonfirmasi detikcom, Selasa (25/6/2019).

Fikser mengatakan awalnya Risma dirawat di ruang kamar biasa, di lantai 4 ruang VVIP. Namun Risma kemudian dipindah ke ruang Intesive Care Unit (ICU).

"Ibu (Risma) dipindah ICU. Alasannya ibu di ICU adalah untuk istirahat lebih tenang. Tidak diganggu pengunjung atau tamu dan dokter bisa observasi lebih mendalam," kata Fikser.

Fikser mengatakan meski dipindah ke ICU, kondisi Risma stabil. Artinya masih bisa ngobrol dan masih sempat bertanya agenda dan jadwal. "Hanya kan itu tadi yang saya jelaskan agar supaya tidak terganggu. Sehingga tim dokter bisa lebih fokus menangani observasinya," tambah Fikser.

Penjelasan tentang penyakit Risma datang dari Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya Febria Rachmanita. Febri menyebut Risma dirawat karena kelelahan dan maag nya kambuh.

Karena hal itu, lanjut Febria, wali kota sarat prestasi itu mengalami sebah dan agak sesak nafas. Meski begitu, perempuan yang akrab disapa Fenny itu mengaku kondisi Risma tetap stabil dan saat ini masih dalam observasi.

"Sehingga menyebabkan sebah agak sesak, jadi dirawat. Tapi ndak apa-apa masih observasi," kata Fenny.

Malam sekitar pukul 19.00 WIB, Risma dipindah ke RSU dr Soetomo. Keputusan itu diambil setelah melihat perkembangan observasi dari tim dokter. 

"Iya benar, ibu dipindah sekitar pukul 19.00 WIB memakai ambulans milik RSU dr Soetomo. Ibu tetap ditempatkan di ruang ICU," kata Fikser.

Saat ditanya apa alasan pemindahan ke RSU dr Soetomo, Fikser mengaku tidak tahu pasti. "Itu merupakan kewenangan tim dokter," lanjut Fikser.

Sakitnya Risma mendapat banyak tanggapan dan pertanyaan dari berbagai pihak. Humas Pemkot Surabaya harus melayani puluhan pertanyaan terkait bagaimana kondisi terakhir Risma.

"Dari siang tadi kami menerima pertanyaan dari para warga. Mereka menanyakan kebenaran berita yang beredar dan kondisi terakhir Ibu," kata Fikser.

Fikser menyampaikan, bukan hanya warga, salah satu komunitas warga India di Surabaya juga menanyakan kondisi wali kota dua periode itu.

"Ada juga barusan ini komunitas warga India yang ada di Surabaya menelepon saya, menanyakan kondisi terakhir beliau (Risma) bagaimana. Mereka bilang melalui ketuanya bahwa, 'Ibu Risma ibu kita semua dan kami sangat mencintai beliau," tutur Fikser. 

Fikser menambahkan, sejumlah pejabat juga sempat menelepon dirinya, salah satunya Wali Kota Jayapura Benhur Tomi Mano. Sama seperti lainnya, Wali Kota Jayapura itu juga menanyakan kebenaran kabar dan kondisi terakhir Risma.

"Ada juga dari Wali Kota Jayapura Bapak Benhur Tomi Mano telepon ke kami, menanyakan melalui Kabag Umum dan ke saya, menanyakan apakah benar berita di media tersebut. Kalau (Ibu) sakit, kondisinya seperti apa. Tadi siang," terang Fikser.

"Mendapat pertanyaan bertubi-tubi seperti itu, kami jelaskan kondisi terakhir beliau. Ini juga kami mohon doa dari seluruh warga Surabaya agar (Ibu) bisa sehat lagi, beraktivitas seperti semula," pungkas Fikser.[dtk]